Saturday, April 2, 2016

Part II



Ketika masih memakai seragam abu2 banyak sekali pahit manisnya masa remaja (wajar ada yang bilang” masa sma adalah masa yang paling indah), tapi saya tidak terlalu menikmatinya, mengingat situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan. Tapi ada sisi positifnya dari keadaan “terkekangnya” aktifitas, yakni perbuatan dosa (berpacaran) tidak saya lakukan. Hanya 2 kali perjalanan yang saya lakukan sesama bersekolah di Bandung yakni ke Tangkuban Perahu dan study tour ke Jogja dan Magelang. Walaupun Photonya entah dimana.
Kalau ditanay tentang persaan rindu dengan keluarga ..pasti jawabannya pasti rindu, pernah kadang mak dan bak Nelpon di “wartel” (warung telpon tentunya) yang bianya 5 menit 15 ribu rupiah, karena seingat saya pada tahun 2001 sudah ada HP nokia yang item n gde ake antenna dikit, yang punya pasti kalangan yang berduit. Naaah kalau sudah di wartel, pasti yang bicara hanya bak, karena mak tak sanggup mengeluarkan kata2, yang ada hanya tangis (ceritanya sih gitu).
Biasanya isi dialognya gini :
“asllm…”
“wasslm..”
“cek mane kabar nga?”
“Alhamdulillah sehat bak”
“bak mak sehat bae?”
“Alhamdulillah keluarge kite didusun sehat gale, udem makan belum?
“udem”
gemuk nga kini?”
“Alhamdulillah gemuk” (kenyataannyo malah sebaliknya)
“mane pak jatmiko?”
“pegi.”
Dst…..
Nanti ada kelanjutannya di “bagian balikk kampong)
Lanjuut,,,
Kadang saya siih sendiri mengingat kenangan ketika di SMA, apalgi rutinias saya pada bagian mengantar  adek angkat ke MDA (madrasah Diniyah Awaliyah),,naaah proses menunggu inilah menjadi hal paling membosankan, kalau zaman sekarang pasti dtidak lagi membosankan karena sudah ada smartphone yang bias  facebook, browsing searching n game sduah pasti banyak. Kerjaan kalau menunggu itu paling saya isi dengan mebaca, buat PR atau keliling ngeliat olah raga pacuan kuda yang super besar bagi saya (karena didesa saya tidak ada kuda), paling di kota Bengkulu ada andong yang kudanya paling sebesar anak sapi.
Lanjuut lagi,,tahun 2002 merupakan hal paling ditunggu dalam perjuangan saya di bersekolah dan ikut keluarga angkat saya,,yakni “KELULUSAN” dan Alhamdulillah saya lulu dan dapat Ijzah SMA.
Setelah mendapatkan ijazah SMA akhirnya orang tua angkat saya pindah togas ke Polda Metro Jaya dan kami tinggal di Komplek zikon kel. Lenteng agung, jagakarsa jaksel. Perbatasan depok pokonya. Diseberang kampus UNJ (universitas Negeri Jakarta).
Ketika dijakarta, pernah ada dikusi antara saya (s), bapak angkat (b), ibu angkat (i), begini diskusinya :
S: pak bu, ma’af saya mau nanya, saya disini SMA udah tamat, kira-kira gimana kelanjutannya?
B: kamu mau gak jadi polisi?
(wow..mau dong ..tapi dalam hati) tapi I langsung menyela,
I: gak usahlah jadi polisi, miskin polisi itu!! (dengan nada agak tinggi).
Saya dan b hanya dian saja.
I:kamu daftar aja di UNJ bagian Kesmas, kan peluangnya mash luas, mau gaak?
s: iya mau, terserah ibu sama bapaknya aja.
b. (diam saja.)
taapi ternyata diskusi hanya sebatas itu, setelah 3 bulan tidak ada kelanjutan dan titik terang masa depan diJakarta, dan tentunya saya sudah tidak tahan tinggal dengan mereka, lalu saya pamit sama bapak angkat dan keluarnga bapa angkat ayang ada di Jakarta tanpa pamit sama ibu angkat saya. Dan saya diberikn ongkos Rp. 300 ribu. Dan hanya dikasih petunjuk, kamu naik bis ini, turun disana, naik bi situ lalu ke terminal, (terang saja saya bingung, keluar rumah dijakarta aja gak pernah, eeeh, mau pulang hanya dikasih petunjuk,,Alhamdulillah ALLAH SWT masih menyayangi, ketika sampai di Terminal Pulo Mas (dengan brebagai macam temua), kebetun bis menuju Bengkulu sudah mau berangkat dan hanya tersisa 1 bangku kosong.

Wednesday, March 2, 2016

Part 1..



Nama                      : Rizal Ariansah, S.Pd.I
Ttl                            : Pondok Kubang, 13 Februari  1983
Kelamin                   : laki-laki
Alamat                    : Dusun 3 Desa Pondok kubang Kec. Pondok Kubang, Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu
Agama                    : Islam
Nama Orang Tua    :
1.        Bapak              : Arsu’in Bin Saleh
2.        Nama Ibu        : Nurlaili Binti H. Muslim
Jumlah Saudara      : 3
1.        Edia Suparyanto
2.        Rizal Ariansah
3.        Anshori
4.        Heni Nazilawati
Riwayat Pendidikan                :
1.        MI Quryatul Jihad Pondok Kubang Tamat Tahun 1996.
2.        MTs Negeri Kota Bengkulu Tamat Tahun 1999. (Kos)
3.        SMAN 1 Lembang Bandung Jawa Barat Tamat Tahun 2002 (Tinggal dan Membantu Orang)
4.        S1 Tarbiyah Bahasa Inggris STAIN Curup tamat Tahun 2007 (Kerja Sambilan CS Islamic Centre Curup)
Riwayat Pekerjaan  :
1.        2002 sd 2007 Petugas kebersihan Aula Serbaguna Yayasan Islamic Centre Curup Kab. Rejang Lebong
2.        2005 sd 2007 Menjadi Guru Ngaji di Musholla Kel. Talang Rimbo Baru Curup
3.        2006 sd 2010 Honorer Tata Usaha MTs Islamic Centre Curup Rejang Lebong
4.        2006 sd 2010 Honorer Guru MTs Islamic Centre Curup Kab. Rejang Lebong
5.        2010 sd Sekarang Guru Di SMAN 05 Bengkulu Tengah
Saya Lahir Di Desa Pondok Kubang Kecamatan Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Utara (sebelum pemekaran Menjadi Kab. Bengkulu Tengah, Saya Anak ke 2 dari 4 bersaudara.
Pendidikan MI Ditempuh di Madarasah Ibtidaiyah Quryatul Jihad yang dipimpin oleh kekenya ibu saya, sekolah tersebut merupakan sekolah swasta yang sangat miris sekali waktu itu jika dibangdingkan dengan Sekoah dasar Negeri yang lokasinya berdekatan, bila anda pernah menonton film Laskar Pelangi, persisi seperti itu kondisinya saat itu. Teman sekelas saya di MI Cuma ada 4 orang 1. Syahri (tak pernah Lepas dari Rangking  1) 2. Amrullah (yang gentian dengan saya rangking 2 dan 3) 3. Doni Akasa, 4. Sahilin (teman akrab ketika MI). Masa SD yang saya alami tidak seperti masa SD yang ada disebelah, karena sekolah selalu menjadi bahan Bullyan Sekolah negeri yang tak jauh dari sekolah kami. Dan pada sa’at ini ternyata keaadaannya berbalik saat saya masih   menempuh sekolah di MI Quryatul Jihad, sekarang sekolah kami merupakan Madrasah Ibtidaiyah Negeri terbaik di Provinsi Bengkulu.
Selepas menempuh Pendidikan madrasah Ibtidaiyah, saya sebenarnya (pada saat itu masih berusia 12 Tahun) berkeinginan untuk menempuh pendidikan di Pondok Pesantre, tapi keadaan ekonomi keluarga tidak dapat menyokong saya untuk menempuh pendidikan disana. Alhasil saya menempuh pendidikan di MTs Negeri Kota Bengkulu, yang otomatis mamaksa saya berpisah denggan orang Tua saya. Akhirnya saya ikut tinggal dengan kakak saya kos di Belakang MTsN Kota Bengkulu yang pada saat itu masih berusi 14 Tahun, bayangkan sendiri bagaimana penghidupan kami saat itu, seingat saya biaya kos saat itu Rp. 50. 000/bulan dan biaya hidup kami berdua tidak menentu kadang dikirimi Rp. 20.000/minggu kadang Rp. 50. 000/minggu tergantung rezeki orang tua. Pada waktuMenempuh Pendidikan di MTsN Kota Bengkulu saat bias dikatakan kurang gaul. (karena pada saat itu saya orangnya pemalu dan minder) jadi tidak mengikuti kegiatan ekskul apapun. Karena harus memerlukan dana semua. Alahmdulillah saya menamatkan MTsN Kota Bengkulu pada Tahun 2009 dengan nilai yang memuaskan walaupun hanya 1 kali menikmati rangking 3.
Selepas menempuh Pendidikan MTs disinilah mulai perjalanan hidup saya yang sebenarnya, dikarenakan keadaan ekonomi yang sempit, orang tua saya akhirnya membuat keputusan. “sekolah kamu cukup sampai disini” saya hanya terdiam. Tapi apa boleh buat kakak saya yang paling tua sudah lebih dulu putus sekolah. Yaaa saya terima keadaan yang ada. Setelah keputusan itu dalam benak saya hanya pulang kampong dan beternak ayam dan ikut mebantu orang tua saya dikebun karet. Ketika bersekolah MI dan MTs saya merupakan siswa yang rajin, tidak pernah melanggar aturan dan didiplin. Mungkin karena itu Kakek saya H. Muslim, memutuskan mengajak saya ke Kota untuk mencari pekerjaan dan setidaknya mau menitipka saya kepada kenalannya agar saya (bagaimanapun caranya) harus tetap bersekolah. Alhamdulillah Allah SWT memberikan jalan dengan Mempuertemukan dengan Pak Lis, yang saat itu mengurus Organ tunggal di café “Yellow Café” di Padang Jati Kota Bengkulu. Dan beliau mempertemukan  saya dengan orang yang sangat berjasa bagi saya (walaupun ketika ikut beliau saya ditempa dengan keras) yakni bapak AKP. dr. Djatmiko HR dan ibu Nurhanifah. Ketiak dipertemukan dengan beliau saya ditawarkan dan ditanyakan “mau sekolah”? saya jawab, “Mau”, kemudian panjang lebar cerita yang intinya saya tinggal dirumah beliau (komplek perumahan Polisi Jitra dan RS Bhayangkara Polda Bengkulu) melakukan apapun pekerjaaan yand beliau/istrinya perintahkan, dan saya ingat sekali amanat kakek saya penting 2 hal 1.  “Jujur”, 2. “Berat Pantat ringan perut, ringan pantat berat perut”. Nah akhirnya saya didaftarkan ke MAN Model Bengkulu oleh beliau semua dana beliau yang tanggung. Ketika mendaftar di man Model Bengkulu ternyata KBM telah 3 bulan berjalan dan hari pertama masuk sekolah kelas sudah melakukna ujin MID semester.
Titik balik kakak saya juga terjadi di sini, ketika 3 bulan pertama saya tinggal di rumah bisa dibilang “orang tua angkat”, ternyata RS Bhayangkara membuutuhkan seorang Cleaning service, dan saya ditanya,
“Punya kakak nggak?”
Saya jawab “punya”
“kerjanya apa?”
“gak ada pak?”
“Rajin nggak?”
“iya pak”
“Mau kerja nggak dia?”
“mau”
“sekarang kamu pulang ke desa kamu, kamu tanyain dia dan kalo diea memang benar-benar mau, ajak dia kesini dan bawa barang2nya”!
Setelaj itu saya pulang ke desa dan bicara dengan kakak saya (saat itu hanya membantu orang tua dikebun) dan rorang tua saya, dan akhirnya tercapai kesepakatan, kakak saya ikut kebengkulu dan menjadi cleaning service.
Disinilah masa keakraban saya dan kakak saya tercipta, karena kami setiap malam tidur di Café sekitar 4 KM dari rumah orang tua angkat dan subuhnya ke rumah beliau untuk memulai aktifitas. Kami berdua bersama berboncengan naik sepeda batang. Selama 1 tahun kami bersama itulah kami bersama2 merajut asa dan mimpi. (oh iya café tempat kami buka music malam kamis dan malam minggu) mengangkat sound system yang masya Allah berat sekali pada usia kami. Tapi kami nikmati dengan gembira.
Ketika kenikan kelas 2 MAN Modal Bengkulu, terjadi Gempa Dahsyat 7,8 SR yang menghancurkan tanah kelahiranku. Setelah gempa orang tua angkat saya akan pindah ke SESPIMPOLRI Lembang Bandung, dan saya disuruh memilih “ikut” atau “tidak”. Jawaban ditinggu selam 1 bulan dan akhirnya setelah saya berfikir, “demi Ijazah SMA” dan “demi kehidupan yang lebih Baik” saya memutuskan ikut pindah ke  Bandung.orang tua angkat saya pergi duluan dan saya menyusul ikut menumpang di mobil expedisi PT. POS pengangkut barang. Perpisahan dengan keluarga sangat berat terasa mengimgat tak ada satupun sanak family yang ada di Bandung. Subuh Rabu rombongan kami berangkat ke Bandung diiringi derai air mata keluarga saya, “tapi semua itu karena saya lelaki dan saya punya ambisi dan saya punya cita2 besar merubah kehidupan menjadi lebih baik”. Kami tiba di bandung pukul 11 siang hari Jum’at (artinya 3 hari 2 malam).
Disana saya mmelanjutkan di SMAN1 Lembang, Bandung. Disini mulai terasa berat kehidupan yang saya jalani, memulai aktifitas Rutin dimulai jam 5 subuh sampi jam 11 Malam dengan rutinitas seperti ini.
1.        Pukulu 05.00 subuh sd 07.00 sholat subuh, cuci piring, cuci pakaian, menjemur pakaian, masak, bersih2, siapkan baju anak-anak sekolah, member makann burung dan ayam, menyiram bunga, mengantar anak sekolah.
2.        07.30 sd 14.00 sekolah
3.        14.30 sd 15.30 bersih rumah,
4.        15.30 sd 17.30 mengantar anak ke MDA (mengaji) dan belajar sempoa.(alat hitung China)
5.        17.30 sd waktu magrib, angkat jemuran, merawat taman, mencuci mobil, memberi makan ternak, bersih rumah, masak dll.
6.        B’da magrib sd 21.00 mengajar ngaji anak dan membantu anak belajar dan membuat PR.
7.        21.00 sd 22.00/23.00 menggosok pakaian.
8.        22.00/23.00 sd 24.00 membuat PR Sekolah.
9.        Berhari2 selam 2 tahun dibandung itulah rutinitas yang saya jalani.
Kesempatan yang mebahagiakan apabila keluarga orang tua angkat saya pergi keluar kota, karena saya bisa buat planning sendiri, nonton tv, maen kerumah teman dan ada 1 waktu pergi ke Gunung Tangkubang perahu, dan saya refreshing sebenarnya ketika study tour ke Jogjakarta, dan magelang di kelas 3 SMA.
Oh iya ketika SMA di Bandung orang yang memberikan uang jajan bulanan bukanlah orang tua angkat saya melainkan Tetangga kami di Perumahan di Bandung, beliau setiap bulan secara sembunyi2 memberikan uang setiap habis gajian. Uang itulah yang saya gunakan untuk membeli keperluan pribadi saya.
Bersambungg……….