Nama : Rizal Ariansah, S.Pd.I
Ttl :
Pondok Kubang, 13 Februari 1983
Kelamin : laki-laki
Alamat : Dusun 3 Desa Pondok kubang Kec. Pondok Kubang,
Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu
Agama : Islam
Nama Orang Tua :
1.
Bapak :
Arsu’in Bin Saleh
2.
Nama Ibu :
Nurlaili Binti H. Muslim
Jumlah Saudara : 3
1.
Edia Suparyanto
2.
Rizal Ariansah
3.
Anshori
4.
Heni Nazilawati
Riwayat Pendidikan :
1.
MI Quryatul Jihad Pondok Kubang Tamat Tahun 1996.
2.
MTs Negeri Kota Bengkulu Tamat Tahun 1999. (Kos)
3.
SMAN 1 Lembang Bandung Jawa Barat Tamat Tahun 2002
(Tinggal dan Membantu Orang)
4.
S1 Tarbiyah Bahasa Inggris STAIN Curup tamat Tahun
2007 (Kerja Sambilan CS Islamic Centre Curup)
Riwayat Pekerjaan :
1.
2002 sd 2007 Petugas kebersihan Aula Serbaguna Yayasan
Islamic Centre Curup Kab. Rejang Lebong
2.
2005 sd 2007 Menjadi Guru Ngaji di Musholla Kel.
Talang Rimbo Baru Curup
3.
2006 sd 2010 Honorer Tata Usaha MTs Islamic Centre
Curup Rejang Lebong
4.
2006 sd 2010 Honorer Guru MTs Islamic Centre Curup
Kab. Rejang Lebong
5.
2010 sd Sekarang Guru Di SMAN 05 Bengkulu Tengah
Saya Lahir Di Desa Pondok Kubang
Kecamatan Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Utara (sebelum pemekaran Menjadi
Kab. Bengkulu Tengah, Saya Anak ke 2 dari 4 bersaudara.
Pendidikan MI Ditempuh di Madarasah
Ibtidaiyah Quryatul Jihad yang dipimpin oleh kekenya ibu saya, sekolah tersebut
merupakan sekolah swasta yang sangat miris sekali waktu itu jika dibangdingkan
dengan Sekoah dasar Negeri yang lokasinya berdekatan, bila anda pernah menonton
film Laskar Pelangi, persisi seperti itu kondisinya saat itu. Teman sekelas
saya di MI Cuma ada 4 orang 1. Syahri (tak pernah Lepas dari Rangking 1) 2. Amrullah (yang gentian dengan saya
rangking 2 dan 3) 3. Doni Akasa, 4. Sahilin (teman akrab ketika MI). Masa SD
yang saya alami tidak seperti masa SD yang ada disebelah, karena sekolah selalu
menjadi bahan Bullyan Sekolah negeri yang tak jauh dari sekolah kami. Dan pada
sa’at ini ternyata keaadaannya berbalik saat saya masih menempuh sekolah di MI Quryatul Jihad, sekarang
sekolah kami merupakan Madrasah Ibtidaiyah Negeri terbaik di Provinsi Bengkulu.
Selepas menempuh Pendidikan
madrasah Ibtidaiyah, saya sebenarnya (pada saat itu masih berusia 12 Tahun)
berkeinginan untuk menempuh pendidikan di Pondok Pesantre, tapi keadaan ekonomi
keluarga tidak dapat menyokong saya untuk menempuh pendidikan disana. Alhasil
saya menempuh pendidikan di MTs Negeri Kota Bengkulu, yang otomatis mamaksa
saya berpisah denggan orang Tua saya. Akhirnya saya ikut tinggal dengan kakak
saya kos di Belakang MTsN Kota Bengkulu yang pada saat itu masih berusi 14
Tahun, bayangkan sendiri bagaimana penghidupan kami saat itu, seingat saya
biaya kos saat itu Rp. 50. 000/bulan dan biaya hidup kami berdua tidak menentu
kadang dikirimi Rp. 20.000/minggu kadang Rp. 50. 000/minggu tergantung rezeki
orang tua. Pada waktuMenempuh Pendidikan di MTsN Kota Bengkulu saat bias
dikatakan kurang gaul. (karena pada saat itu saya orangnya pemalu dan minder)
jadi tidak mengikuti kegiatan ekskul apapun. Karena harus memerlukan dana
semua. Alahmdulillah saya menamatkan MTsN Kota Bengkulu pada Tahun 2009 dengan
nilai yang memuaskan walaupun hanya 1 kali menikmati rangking 3.
Selepas menempuh Pendidikan MTs
disinilah mulai perjalanan hidup saya yang sebenarnya, dikarenakan keadaan
ekonomi yang sempit, orang tua saya akhirnya membuat keputusan. “sekolah kamu
cukup sampai disini” saya hanya terdiam. Tapi apa boleh buat kakak saya yang
paling tua sudah lebih dulu putus sekolah. Yaaa saya terima keadaan yang ada.
Setelah keputusan itu dalam benak saya hanya pulang kampong dan beternak ayam
dan ikut mebantu orang tua saya dikebun karet. Ketika bersekolah MI dan MTs
saya merupakan siswa yang rajin, tidak pernah melanggar aturan dan didiplin.
Mungkin karena itu Kakek saya H. Muslim, memutuskan mengajak saya ke Kota untuk
mencari pekerjaan dan setidaknya mau menitipka saya kepada kenalannya agar saya
(bagaimanapun caranya) harus tetap bersekolah. Alhamdulillah Allah SWT
memberikan jalan dengan Mempuertemukan dengan Pak Lis, yang saat itu mengurus
Organ tunggal di café “Yellow Café” di Padang Jati Kota Bengkulu. Dan beliau
mempertemukan saya dengan orang yang
sangat berjasa bagi saya (walaupun ketika ikut beliau saya ditempa dengan
keras) yakni bapak AKP. dr. Djatmiko HR dan ibu Nurhanifah. Ketiak dipertemukan
dengan beliau saya ditawarkan dan ditanyakan “mau sekolah”? saya jawab, “Mau”,
kemudian panjang lebar cerita yang intinya saya tinggal dirumah beliau (komplek
perumahan Polisi Jitra dan RS Bhayangkara Polda Bengkulu) melakukan apapun
pekerjaaan yand beliau/istrinya perintahkan, dan saya ingat sekali amanat kakek
saya penting 2 hal 1. “Jujur”, 2. “Berat
Pantat ringan perut, ringan pantat berat perut”. Nah akhirnya saya didaftarkan
ke MAN Model Bengkulu oleh beliau semua dana beliau yang tanggung. Ketika
mendaftar di man Model Bengkulu ternyata KBM telah 3 bulan berjalan dan hari
pertama masuk sekolah kelas sudah melakukna ujin MID semester.
Titik balik kakak saya juga terjadi
di sini, ketika 3 bulan pertama saya tinggal di rumah bisa dibilang “orang tua
angkat”, ternyata RS Bhayangkara membuutuhkan seorang Cleaning service, dan
saya ditanya,
“Punya kakak nggak?”
Saya jawab “punya”
“kerjanya apa?”
“gak ada pak?”
“Rajin nggak?”
“iya pak”
“Mau kerja nggak dia?”
“mau”
“sekarang kamu pulang ke desa kamu,
kamu tanyain dia dan kalo diea memang benar-benar mau, ajak dia kesini dan bawa
barang2nya”!
Setelaj itu saya pulang ke desa dan
bicara dengan kakak saya (saat itu hanya membantu orang tua dikebun) dan rorang
tua saya, dan akhirnya tercapai kesepakatan, kakak saya ikut kebengkulu dan
menjadi cleaning service.
Disinilah masa keakraban saya dan
kakak saya tercipta, karena kami setiap malam tidur di Café sekitar 4 KM dari
rumah orang tua angkat dan subuhnya ke rumah beliau untuk memulai aktifitas.
Kami berdua bersama berboncengan naik sepeda batang. Selama 1 tahun kami
bersama itulah kami bersama2 merajut asa dan mimpi. (oh iya café tempat kami
buka music malam kamis dan malam minggu) mengangkat sound system yang masya
Allah berat sekali pada usia kami. Tapi kami nikmati dengan gembira.
Ketika kenikan kelas 2 MAN Modal
Bengkulu, terjadi Gempa Dahsyat 7,8 SR yang menghancurkan tanah kelahiranku.
Setelah gempa orang tua angkat saya akan pindah ke SESPIMPOLRI Lembang Bandung,
dan saya disuruh memilih “ikut” atau “tidak”. Jawaban ditinggu selam 1 bulan
dan akhirnya setelah saya berfikir, “demi Ijazah SMA” dan “demi kehidupan yang
lebih Baik” saya memutuskan ikut pindah ke
Bandung.orang tua angkat saya pergi duluan dan saya menyusul ikut
menumpang di mobil expedisi PT. POS pengangkut barang. Perpisahan dengan
keluarga sangat berat terasa mengimgat tak ada satupun sanak family yang ada di
Bandung. Subuh Rabu rombongan kami berangkat ke Bandung diiringi derai air mata
keluarga saya, “tapi semua itu karena saya lelaki dan saya punya ambisi dan saya
punya cita2 besar merubah kehidupan menjadi lebih baik”. Kami tiba di bandung
pukul 11 siang hari Jum’at (artinya 3 hari 2 malam).
Disana saya mmelanjutkan di SMAN1
Lembang, Bandung. Disini mulai terasa berat kehidupan yang saya jalani, memulai
aktifitas Rutin dimulai jam 5 subuh sampi jam 11 Malam dengan rutinitas seperti
ini.
1.
Pukulu 05.00 subuh sd 07.00 sholat subuh, cuci piring,
cuci pakaian, menjemur pakaian, masak, bersih2, siapkan baju anak-anak sekolah,
member makann burung dan ayam, menyiram bunga, mengantar anak sekolah.
2.
07.30 sd 14.00 sekolah
3.
14.30 sd 15.30 bersih rumah,
4.
15.30 sd 17.30 mengantar anak ke MDA (mengaji) dan
belajar sempoa.(alat hitung China)
5.
17.30 sd waktu magrib, angkat jemuran, merawat taman,
mencuci mobil, memberi makan ternak, bersih rumah, masak dll.
6.
B’da magrib sd 21.00 mengajar ngaji anak dan membantu
anak belajar dan membuat PR.
7.
21.00 sd 22.00/23.00 menggosok pakaian.
8.
22.00/23.00 sd 24.00 membuat PR Sekolah.
9.
Berhari2 selam 2 tahun dibandung itulah rutinitas yang
saya jalani.
Kesempatan
yang mebahagiakan apabila keluarga orang tua angkat saya pergi keluar kota,
karena saya bisa buat planning sendiri, nonton tv, maen kerumah teman dan ada 1
waktu pergi ke Gunung Tangkubang perahu, dan saya refreshing sebenarnya ketika
study tour ke Jogjakarta, dan magelang di kelas 3 SMA.
Oh iya
ketika SMA di Bandung orang yang memberikan uang jajan bulanan bukanlah orang
tua angkat saya melainkan Tetangga kami di Perumahan di Bandung, beliau setiap
bulan secara sembunyi2 memberikan uang setiap habis gajian. Uang itulah yang
saya gunakan untuk membeli keperluan pribadi saya.
Bersambungg……….
Acam pakk...alangkah ple pnjang biografi bpak nh,,,ehmz
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
Deletemasih bersambung tuh nirma
Deletenyayo anak kls 3 taun kk na pak
ReplyDeletebiar creative
Delete